Penulis
Intisari-online.com -Indonesia baru saja kehilangan 53 prajurit terbaik bangsa yang gugur di medan tugas.
Mereka adalah kru kapal selam KRI Nanggala-402.
Kapal selam milik TNI Angkatan Laut (TNI AL) itu dikabarkan tenggelam pada Sabtu 24/4/2021.
Sebelumnya, KRI Nanggala-402 hilang kontak sejak Rabu sore 21/4/2021.
Komandan kapal selam tersebut adalah Letkol Laut Heri Oktavian, yang telah diangkat jadi komandan KRI Nanggala-402 sejak 3 April 2020.
Kru kapal selam merupakan pasukan khusus yang berbeda tupoksi dengan pasukan khusus lain.
Mereka bernama Korps Hiu Kencana, dengan seragam baret dan baju hitam legam.
Tidak mudah untuk menjadi anggota Korps baret hitam ini.
Satuan kapal selam Indonesia itu sudah berdiri sejak tahun 1959 sampai sekarang.
Mereka dikenal bekerja dalam senyap tanpa diketahui kawan maupun lawan.
Ada kisah mengharukan tentang Korps Hiu Kencana di tahun 1980.
Saat itu Korps Hiu Kencana baru saja memperoleh penyegaran alutsista kapal selam U 209 buatan Jerman.
Kapal selam U 209 dibeli di era Orde Baru, sebelumnya Indonesia memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey dari Uni Soviet.
Faktor usia sudah mempengaruhi kapal selam kiriman Soviet tersebut, sehingga dilakukan penambahan kapal selam jenis baru dari Jerman.
Jenis kapal U 209 menggiurkan bagi Indonesia saat itu karena harga yang terjangkau dan dianggap paling cocok dengan kondisi geografis lautan Indonesia.
Kapal itu dibuat di Kiel, saat itu masih masuk ke Jerman Barat.
Kemudian TNI AL membawa alutsista baru pulang tanpa diantar kapal kargo.
Artinya para awak U 209 berlayar dengan kapal itu dari Kiel ke dermaga Ujung Surabaya yang mana merupakan Pangkalan Laut TNI AL.
Diceritakan pelayaran itu terlaksana selama satu bulan, melewati Laut Mediterania.
Siapa sangka di Laut Mediterania ada kejadian mendebarkan.
U 209 TNI AL masih dalam kondisi menyelam saat melewati lautan antar benua tersebut.
Namun tanpa diduga-duga banyak sekali pancaran sonar bawah laut dari kapal permukaan diatas kapal selam U 209.
Pancaran sonar itu jelas untuk mendeteksi keberadaan kapal selam untuk selanjutnya di torpedo atau dibom oleh kapal permukaan.
Komandan kapal selam U 209 bingung karena kapal selamnya seakan diincar untuk ditenggelamkan, padahal Indonesia saat itu tidak sedang bersitegang maupun berperang dengan negara lain.
Merasa ada yang salah dan tidak beres maka komandan U 209 TNI AL memerintahkan kapal selam naik ke permukaan untuk melihat situasi di atas sana.
Benar saja setelah kapal selam naik ke permukaan maka kagetlah seluruh awak U 209.
Rupanya, puluhan kapal perang besar milik Armada Gabungan NATO (North Atlantic Treaty Organization) mengepung kapal U 209 itu.
Para komandan kapal armada gabungan NATO juga sama terkejutnya melihat kemunculan kapal selam asing secara mendadak di tengah-tengah konvoi mereka.
Meski kedua pihak sama-sama terkejut, U 209 segera mengabarkan kode identifikasi dan dijelaskan jika mereka adalah kapal selam milik angkatan laut Indonesia yang pulang ke tanah air dan tidak ada niat bermusuhan dengan armada gabungan NATO..
Setelah itu U 209 kembali menyelam dan melanjutkan perjalanan hingga tiba di Surabaya dengan selamat.
Rupanya armada gabungan NATO di laut Mediterania itu sedang melaksanakan latihan peperangan anti kapal selam yang jadwal pelaksanaannya tidak diketahui oleh awak kapal selam kita.
Namun konyolnya sonar dan segala peralatan canggih milik armada NATO itu sama sekali tidak bisa mendeteksi keberadaan U 209 milik angkatan laut Indonesia yang menyelam dibawah mereka.
Hingga akhirnya armada gabungan NATO baru mengetahui ada kapal selam asing setelah U 209 menyembul ke permukaan laut.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini